Rumah Yatim Regional Jabodetabek membangun Pondok Pesantren Al Barokah di Kampung Cikadu, Desa Citepuseun, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Banten, sejak April lalu. Pembangunan saat ini telah mencapai 50 persen.
Hal itu disampaikan oleh Relawan Rumah Yatim Jabodetabek, Ali Ridwan, pada Senin (16/1). Menurutnya, saat ini, pembangunan sudah memasuki tahap penyelesaian lantai dua.
"InsyaAllah yang 20 hari lagi pembangunan akan selesai, untuk lantai satu nantinya akan digunakan untuk tempat belajar santri dan asrama santriwati, sementara di lantai duanya untuk asmara santri laki-lakinya," ujar Ali Ridwan, salah satu relawan Rumah Yatim Jabodetabek.
Ia melanjutkan, pembangunan berlangsung lama karena tim terlebih dahulu membuatkan sarana MCK nyaman dan aman untuk para santri.
"Kami dahulukan dulu sarana MCK nya karena itu yang paling penting. Sebelum dibangun, ponpes ini tidak memiliki sarana MCK, jika ingin melakukan kegiatan MCK, para santri terpaksa harus berjalan lebih dari 300 meter ke sumber mata air yang ada di pesawahan, dengan jalan yang sangat licin apalagi di musim penghujan," ujarnya.
Ali bersyukur karena para santri sekarang sudah memiliki sarana MCK yang dekat, nyaman dan aman. Ia berharap kegiatan pembangunan sarana belajar dan asrama santri bisa berlangsung lancar dan sukses, agar para santri bisa segera menempati dan merasakan manfaatnya.
"Mudah-mudahan secepatnya bisa selesai tanpa ada halangan apapun. Terima kasih kepada para donatur yang telah membantu ponpes Al Barokah melalui Rumah Yatim. Semoga bangunan baru ini bisa memberikan banyak manfaat dan keberkahan untuk para pengurus dan santri, serta jadi amal jariyah untuk para donatur," tuturnya.
Diketahui, Ponpes Al-Barokah berdiri dari mimpi seorang ustadz yakni Ustad Rusdi yang merasa prihatin dengan kondisi pendidikan di kampungnya, dimana kebanyakan anak disana putus sekolah dan terpaksa harus bekerja diusia yang masih belia.
Ponpes ini berdiri sudah lebih dari 10 tahun dengan kondisi bangunan yang amat sederhana, dimana dindingnya terbuat dari bilik bambu dan lantainya dari papan.
Ukuran ponpes ini pun kecil sehingga para santri harus berdesakan ketika tidur. Saat ini ada 24 santri yang terdiri dari 16 santriwati dan 8 santri laki-laki yang belajar dan tinggal secara gratis di pondok. Mereka semua berstatus yatim dan kurang mampu.
Author
Sinta Guslia