Dilansir Viva, Sebagai minoritas, umat Islam di Bali bisa bertahan hidup dalam masyarakat mayoritas beragama Hindu. Tengoklah desa-desa muslim yang ada di Bali, seperti Pegayaman (Buleleng), Palasari, Loloan dan Yeh Sumbul (Jembrana) dan Nyuling (Karangasem), atau kampung muslim di Kepaon di Badung. Kehidupan di sana tak ubahnya seperti kehidupan di Bali pada umumnya. Tempat ibadahlah yang membedakan. Umat Islam tetap menggunakan simbol-simbol adat Bali, seperti Subak, Seka, dan Banjar. Bahkan, nama-nama seperti Wayan, Nyoman, Nengah, Ketut yang menjadi ciri khas Bali tetap dipertahankan. Sebut saja kampung muslim Kepaon di Badung. Menurut sejarah penduduk kampung Kepoan berasal dari para prajurit Jawa atau Kawula asal Sasak dan Bugis beragam Islam yang dibawa para Raja Buleleng, Badung dan Karangasem pada zaman kerajaan Bali. Menurut Takmir Masjid Al Muhajirin, Ishak Ibrahim, orang-orang muslim di Kepaon adalah keturunan para prajurit asal Bugis. Kampung yang mereka tempati sekarang merupakan hadiah raja Pemecutan. Hubungan warga muslim Kepaon dengan lingkungan puri (istana) hingga sekarang masih terjalin baik. Bahkan, masyarakat muslim Kepaon, Pemogan, Denpasar Selatan, setiap hari ke 10 bulan ramadhan, selalu menggelar tradisi adat makan bersama atau disebut 'megibung' di Masjid Masjid Al Muhajirin.
Meski hidup dalam harmoni tak sedikit mulim di Bali terutama lansia masih berada dalam jerat kemiskinan, terlebih penurunan fungsi fisik karena usia menyebabkan mereka tak dapat beraktifitas seperti biasa. Oleh karena itu Rumah Yatim sebagai Fasilitator kebaikan menjembatani kepedulian para donatur terhadap keprihatinan yang di alami lansia dhuafa di Jln Kediri, Kelurahan kuta, Kecamatan Kuta, Kota Badung,Provinsi Bali. Sehingga pada Selasa (18/4) team relawan Rumah Yatim Denpasar membagikan santunan biaya hidup untuk meringankan kebutuhan mereka.
Mari tunaikan Zakat Infak serta sodakoh di rumah-yatim.org dan bantu para lansia Dhuafa hidup lebih bahagia, klik tombol donasi ya.
Author
Rizqi Astera Ayuningtyas