Seorang nenek hidup tanpa sanak saudara di Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Selatan. Ialah mbah Ijah (73) yang sudah ditinggal meninggal suaminya dua tahun lalu. Mbah Ijah tidak mempunyai anak dan tinggal terpisah dengan saudaranya, sehingga dimasa senjanya ia harus berjuang sendiri dengan berjualan peyek keliling untuk bertahan hidup.
Saat ini mbah Ijah Usman tinggal di sebuah gubuk kecil milik orang lain yang jauh dari kata layak. Gubuk ini tidak memiliki akses listrik maupun air, tidak hanya itu, gubuk yang terbuat dari triplek bekas beratap seng bekas ini pun tidak memiliki alas. Jika hujan tiba, gubuk mbah akan basah dan licin dikarenakan atap gubuk mbah sudah banyak yang bolong.
Demi bisa makan, mbah setiap hari rela jalan kaki 3 KM untuk menjajakan peyek jualannya. Peyek itu merupakan milik orang lain, mbah hanya membantu menjualkannya dan mendapat keuntungan 500 rupiah perbungkusnya. Seharian jualan, peyek mbah seringnya hanya laku 5 bungkus saja dan ia hanya mendapat keuntungan 2.500 rupiah saja.
Supaya bisa membeli beras setengah liter, mbah harus menabung upah yang ia terima selama dua sampai tiga hari. Kadang ia tidak makan seharian karena uang yang dimilikinya belum cukup untuk membeli beras.
Kepada tim relawan Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan, mbah Ijah bercerita jika dirinya sebenernya berasal dari Madura. 36 tahun ia dan sang suami pergi merantau ke Morowali Utara untuk mencari peruntungan hidup. Namun, bukannya peruntungan yang didapat, mbah Ijah dan suaminya dilanda kesulitan ekonomi selama merantau..
"Sudah 36 tahun mbah disini dan sudah selama itu pula mbah berusaha nabung supaya bisa pulang kampung. Mbah ingin dimasa tua mbah bisa kumpul dengan keluarga," ungkapnya.
Melipur lara mbah Ijah, Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan memberikan bantuan biaya hidup berupa uang tunai untuk mbah Ijah. Bantuan tersebut diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup mbah Ijah, serta untuk membantu biaya ongkos mbah Ijah pulang kampung.
Senyum bahagia ditunjukan mbah Ijah ketika menerima bantuan tersebut. Kepada Yudi, salah satu relawan Rumah Yatim Sulsel, mba Ijah mengatakan akan menggunakam bantuan ini untuk membeli bahan pokok dan sisanya ditabung untuk ongkos pulang kampung.
"Mbah Ijah mengaku sangat bersyukur dan terharu bisa menerima bantuan ini. Berkali-kali beliau mengucapkan banyak terima kasih kepada Rumah Yatim dan para donatur yang telah perhatian dan peduli padanya. Meski tidak banyak, mudah-mudahan bantuan yang diberikan dapat melipur lara mbah Ijag Usman," ujar Yudi.
Author
Sinta Guslia