Factory to Consumer (F2C) merupakan sebuah transaksi perdagangan yang dilakukan antara produsen dan konsumen. Dalam model bisnis ini konsumen bisa membeli produk secara direct atau langsung dari pabrik dengan jumlah besar, baik secara individu maupun kelompok. 

Lalu apakah mode bisnis Factory to Consumer ini akan berdampak bahkan mengancam kelangsungan UMKM? Mari simak penjelasan berikut ini. 

Apabila produsen atau pabrik menjual produknya dengan harga murah melalui e-commerce kepada konsumen, maka akan berdampak terhadap kelangsungan UMKM. 

Dapat dikatakan produsen yang menjual produknya langsung ke konsumen akan memotong rantai distribusi yang selama ini melalui UMKM kemudian terhadap konsumen. 

Dengan terjadinya mode bisnis factory to consumen akan memunculkan persaingan yang tidak sehat antara penjual barang di e-commerce dengan pedagang kecil, karena perbedaan harga jual yang lumayan jauh. Sehingga para UMKM akan mengalami penurunan, karena daya beli konsumen terhadap UMKM menurun. 

Nailul Huda selaku Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan bahwa model bisnis perdagangan seperti ini akan marak terjadi kedepannya dan bisa berdampak buruk bagi pedagang kecil. Akan tetapi tidak akan berlangsung lama.

Di zaman sekarang dengan kemajuan teknologi pedagang kecil masih bisa bersaing. Terdapat dua cara yaitu dengan kita beradaptasi dengan teknologi yang serba maju, kemudian yang kedua harus berinovasi dengan strategi marketing. 

Biasanya para pedagang pasti memiliki pelanggan tetap. Pedagang bisa memanfaatkannya untuk membentuk komunitas di sebuah platform media sosial contohnya bisa menggunakan WhatsApp. Apabila sudah memperoleh pelanggan yang banyak kemudian pedagang tersebut bisa menambah dan memperluas jaringan melalui platform lainnya untuk menarik pelanggan yang lebih banyak, serta agar branding produk yang bisa dikenal oleh banyak orang sehingga bisa menarik konsumen lebih banyak lagi.