M. Nopi Ariansyah, seorang remaja berusia 17 tahun, tinggal di asrama Rumah Yatim, tempat ia dibesarkan dengan penuh kasih dan bimbingan setelah kehilangan orang tuanya. Di tengah segala keterbatasan, Nopi menemukan cahaya dan pelipur lara dalam seni lukis. Sejak pertama kali memegang kuas, Nopi telah jatuh cinta dengan seni, dan inspirasinya tumbuh semakin kuat setelah ia mengenal karya BilMufdor, seorang seniman yang karyanya penuh dengan makna mendalam dan ekspresi yang kuat.
Di Rumah Yatim, Nopi kerap meluangkan waktu berjam-jam di depan kanvas, menciptakan lukisan-lukisan yang mengekspresikan perasaannya, mimpi, dan pengamatannya terhadap dunia. Lukisan-lukisannya begitu istimewa hingga sering dijadikan buah tangan untuk para donatur yang berkunjung ke asrama. Setiap tamu yang datang merasa terkesan dengan hasil karyanya, bahkan seorang donatur dari Malaysia pernah tertarik dan membeli salah satu lukisan Nopi, memberikan pengakuan atas bakatnya yang luar biasa.
Meski hidupnya dipenuhi tantangan, Nopi tidak pernah menyerah pada mimpinya. Dia terus berharap, suatu hari nanti namanya akan dikenal sebagai seorang seniman lukis terkenal, seperti BilMufdor yang selalu menjadi inspirasinya. Baginya, lukisan bukan hanya sekadar hobi, tetapi cara untuk membagikan ceritanya kepada dunia, untuk menyampaikan pesan-pesan keindahan dan harapan yang selama ini ia pendam dalam hati. Nopi yakin, dengan doa, kerja keras, dan tekad yang kuat, impiannya akan terwujud.
Author
Rizqi Astera Ayuningtyas