Sungguh malang sekali nasib yang harus dijalani Arif (7), warga Kelurahan Bitowa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Diusianya yang masih sangat kecil ia harus tinggal sebatang kara karena diterlantarakan kedua orangtuanya.
Hidup tinggal sebatang kara, membuat Arif harus berjuang seroang diri supaya bisa menyambung hidup dan terus sekolah. "Ayah dan ibu pergi bang gak tau kemana. Padahal, aku ingin sekali bertemu mereka," ucap Arif kepada tim Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan.
Setiap pulang sekolah, Arif bekerja sebagai pencari rongsokan. Agar rongsokannya dapat banyak, ia rela jalan kaki sampai sejauh 20 kilometer. Ketika keliling, Arif tidak bekal apa-apa, perutnya pun kosong dari pagi. "Aku makan setelah ngejual rongsok bang, uang yang aku dapet biasanya selalu cukup buat beli nasi sebungkus aja. Aku sehari makan sekali aja. Ke sekolah aku ga makan dan ga jajan," tuturnya.
Tidak hanya harus memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Arif pun harus memikirkan biaya kontrakan rumahnya yang menunggak beberapa bulan. Sejak diterlantarkan orangtuanya, Arif tinggal di kontrakan yang terbuat dari seng. Dalam sebulan ia harus membayar kontrakan 350 ribu rupiah. Namun sudah beberapa bulan ini ia menunggak membayarnya karena tidak memiliki uang.
Sebagai bentuk kepeduliannya, Rumah Yatim cabang Sulawesi Selatan menyalurkan bantuan biaya hidup berupa sembako, uang tunai dan perlengkapan mandi mencuci untuk Arif.
Bantuan tersebut berasal dari aksi penggalangan dana Rumah Yatim secara daring di platform donasionline.id .
Raut wajah bahagia bercampur haru ditunjukkan Arif ketika menerima bantuan tersebut, ia tidak menyangka akan menerima bantuan dalam jumlah banyak dan lengkap.
“ Alhamdulillah Ya Allah, terima kasih atas bantuannya, hanya Allah yang bisa membalas semuanya. Terima kasih Rumah Yatim khususnya para donatur, semoga Rumah Yatim semakin sukses dan para donaturnya diberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah dan dimudahkan urusannya oleh Allah,” ungkap Arif.
Author
Sinta Guslia